Lukisan Beracun

Tahu gimana rasanya berperang? ohhh man gue baru aja ngerasain itu. Asli gue merasa tertantang dan jengkel banget. Gimana nggak, udah dua hari ini mereka tiap pagi dan malem pasti aja berjejer berurutan di dinding kamar gue. Persis kaya lagi ngajakin perang, mungkin aja mereka itu lagi ngumpulin bekal dan persenjataan. Gila banget deh.

Oke, lupain apa yang gue tulis barusan. Intinya hari ini gue seneng banget karena bisa melukis di dinding. Tapi bukan sekedar lukisan sembarangan. Lukisan gue yang satu ini berbahaya dan beracun. So jangan ada yang berani mendekat apalagi menyentuhnya. Waduh, tulisan gue makin ngawur kan? Gak usah aneh, emang biasanya juga gini ko.

Perang, lukisan dinding beracun, sebenarnya apa yang mau gue ceritain? #mikir

Jadi, semuanya dimulai saat negera api menyerang. #tiba-tiba Avatar nyasar ke kostan gue.

Lupakan semua yang telah Anda baca barusan, karena itu semua ngawur, ngaco. Gue aja yang nulisnya gak ngerti, apalagi yang sekarang lagi baca. Maafin ya.

Setelah tulisan gue berputar-putar taktentu arah *tapi untungnya kalo arah jalan pulang masih tahu*, intinya hari ini gue cuma mau cerita kalo di kostan gue ada semut. Itu semut bikin jengkel, datang ke kosan orang gak pake permisi, asal nemplok aja di dinding. Mending kalo datangnya seorang-seoraang *semutkan bukan orang, jadi seekor-seekor dong, eh tapi emang semut punya ekor? stop!*,  pokoknya itu semut sekalinya datang pasti ngajak rombongan. Kesel kan? *buat yang pernah ngalamin kasus yang sama pasti tahu gimana rasanya*

Entah darimana datangnya itu semut sampe tiba-tiba nyasar ke kostan gue. Semut imigran kah? atau mungkin mereka itu adalah semut-semut korban lagu Butiran Debu? *Kebayang gak sih, kalo itu semut berjejer di dinding sambil nyanyi aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang*. Tuhh kan, jari-jari gue kepelintir sampe tulisannya ngaco lagi. Oh noooooo...!

Setelah kebingungan dengan ulah semut-semut itu, akhirnya dengan segenap kesabaran yang masih tersisa, gue sms temen. Sebut saja namanya Amel, dia temen sekelas gue, caktik, rambutnya bagus, dan dia punya ciri khas yang unik banget. Mau tahu ciri khasnya dia apa? coba aja tanya gini sama dia "Amel udah makan?" tunggu beberapa saat dan lihat ekspresinya. #maaf ya mel, sambil pasang muka memelas.

Kembali pada sms yang gue kirim ke Amel, isinya gini "mel, kapur yang buat semut apa sih namanya?... kelanjutan sms nya gue lupa apa." setelah nunggu beberapa saat, Amel pun membalas, "Namanya kapur bagus er, adanya di sabsub kalo nggak, warung yang dari kosan kamu nyebrang mau ke gerlam." *yang kostan nya di Ciseke pasti tahu SabSub.
Perlu diketahui, Amel adalah salah satu orang yang udah punya pengalaman mengatasi kasus semacam ini. 

Akhirnya, setelah melewati proses yang panjang, hari ini sepulang kuliah gue pergi ke sabsub bareng Dini dan Restu *ini anak bedua udah pernah gue ceritain di postingan sebelumnya yang tentang Ciseke banjir.

Well, meskipun harus kehujanan, lari-lari ke kostan karena takut kebasahan tapi akhirnya bahagia karena kapur bagus yang dipercaya bisa menghilangkan semut udah ada ditangan. Dan perang pun dimulai. Awalnya gue cuma bikin garis lurus disepanjang lintasan para semut, tapi hasilnya kurang maksimal. Beberapa semut cerdas memilih untuk memutar mengambil jalur lintasan lain supaya gak kena barikade kapur yang gue bikin. Gue gak mau kalah, yang tadinya cuma sekedar bikin garis lurus sekarang berubah bikin pola-pola serupa benang kusut untuk menghambat laju gerombolan semut itu. Melihat, hasil goresan kapur yang mirip benang kusut, membuat gue berpikir, harusnya gue bikin pola yang lebih oke, perang sama semut juga harus ada sisi artistiknya. Gak boleh asal. Maka mulailah gue membentuk pola-pola awan. Sejujurnya yang ada di otak gue sih pengennya bikin kaya lukisan langit gitu deh, penuh awan putih yang indah. Tapi tahu gak hasil lukisan dinding gue kaya apa? iya, gak lebih dari sekedar gambar gelembung-gelembung aneh gak jelas. Tapi, terlepas dari semua itu, jangan melihat bentuknya seperti apa, yang penting itulah karya pertama gue di dinding kamar kostan. Lukisan dinding yang dibuat dengan kapur beracun hahaha.

Sekian cerita gue kali ini, mohon maaf apabila banyak hal yang sulit dimengerti karena memang seperti itulah adanya. Juga taklupa ucapan maaf sedalam-dalamnya untuk para semut yang telah gue usir paksa. Sungguh itu semua dilakukan atas dasar keterpaksaan, aslinya gue bukan seorang pembasmi semut, gue cuma manusia biasa yang tidak luput dari salah dan dosa. Wassalam.

Evinervin

Mari berdiskusi, bertukar pemikiran untuk saling menggenapkan.

Related Posts:

3 komentar:

  1. "caktik" bahasa baru tuh kayak kode hehe :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. waduh yang itu typo wi, bukan kode. Beda ya kalo detective mainannya kode mulu haha

      Hapus
  2. haha... gapapalah main kode. mmm... detektif ya, pake pelafalan Indonesia lhoo :P

    BalasHapus