Sabtu, 1 November 2014 : Diingatkan Kembali untuk Bersyukur

Bahagianya bertemu dengan hari Minggu. Walau merasa tidak benar-benar libur tapi paling tidak hari Minggu ini menyediakan kesempatan untuk sedikit bercerita sekedar untuk jadi pengingat agar tidak lupa.

Sabtu, 1 November 2014 tidak ada hal istimewa yang terjadi, hari itu aku hanya duduk menghadiri kegiatan seminar. Hanya sekedar menjadi pendengar diantara puluhan peserta yang hadir. Duduk di barisan kursi paling belakang dengan ditemani selembar kertas dan pulpen yang tidak lepas dari genggaman. 

Menit pertama, tidak ada hal luar biasa yang terjadi. Hanya disibukan dengan mengamati setiap tingkah laku manusia dihadapanku. Sebagian dari mereka terlihat begitu tenang, sebagian lagi terlihat penasaran menantikan apa yang akan mereka saksikan, sebagian lagi sibuk berbincang dengan teman di sebelahnya, dan yang lainnya menikmati kesendirian dengan handphone yang tidak lepas di tangannya.

Beberapa menit kemudian seminar dimulai, pembicara masuk ke ruangan. Ya, aku tahu siapa dia. Setidaknya aku sudah bertemu denganya dua kali selama di kampus ini. Abah Iwan, begitulah beliau biasa disapa. 

Iwan Abdurahman (Abah Iwan)

Seminar dibuka dengan nyanyian. Lagu yang dinyanyikan bagiku sudah tidak asing lagi. Dan kurasa semua yang hadir saat itu juga pasti hafal dengan setiap bait lirik lagunya. Hymne Unpad, ya lagu itu yang dinyanyikan. 
Universitas kita
Padjadjaran tempat bernaung
Insan abdi masyarakat
Pembina nusa bangsa

Padjadjaran lambang suci
almamater yang tercinta
Tempat ilmu dan cita
Almamaterku tercinta
Teringat dulu saat pertama kali mendengar lagu ini, rasanya tidak ada yang istimewa. Hanya sebatas lagu yang harus dihafal saat masih menyandang status mahasiswa baru. Tapi sekarang aku menarik ulang pikiranku itu, ini bukan lagi lagu yang biasa untukku. Hari ini aku baru menyadari bahwa tersirat makna yang begitu mendalam dibalik lagu ini. Ya, untuk sesaat aku begitu terkesima saat diceritakan bagaimana lagu ini dibuat. Sebagai mahasiswa, aku merasa bukan apa-apa.

Berbagai pemikiran kini mulai menjejali otakku. Menyeretku pada sebuah perenungan yang berkepanjangan. Aku merasa bukan siapa-siapa. Disini aku kembali diingatkan dengan banyak hal yang terkadang aku lupakan. Sesekali aku tersentak, menyadari apa yang sudah kulewati selama ini seperti berlalu tanpa makna. Ya, terlalu banyak yang kulewatkan, terlalu banyak yang kuabaikan.

"Kita berada disini, kuliah di UNPAD, di jurusan Ilmu Perpustakaan bukan hal yang kebetulan. Tapi ini adalah sebuah takdir. Sebuah kehormatan yang diberikan Tuhan. Maka perlu benar-benar kita hargai dan syukuri."
Kata-kata itu berhasil membuatku terdiam. Teringat bagaimana selama ini aku masih begitu mengagungkan kampus dengan jaket kuning itu. Kampus impian yang tidak berhasil kudapatkan. Pikiranku kembali berkelana. Apakah selama ini aku tidak bersyukur bisa berada disini? Apakah selama ini aku larut dalam obsesi yang tidak berkesudahan? Apakah selama ini aku masih belum bisa menerima takdir yang diberikan Tuhan? Seketika aku merasa lemas. Aku tersadar, ini adalah nikmat yang luar biasa yang Tuhan berikan. Tidak semua orang bisa mendapatkannya. Tapi mengapa selama ini aku seperti lalai dari syukur? Maafkan aku, maafkan aku ya Allah.

"Setiap yang kamu jalani adalah sebuah kehormatan takdir dari Tuhan, maka kamu bukan apa-apa kalau kuliah disini cuma sekedar untuk kepentingan yang kamu kira itu "martabat". Karena orang yang bermartabat sesungguhnya adalah orang yang banyak bermanfaat bagi orang lain."
 "Bagaimanapun hidup tidak bisa sendirian. Kamu perlu kenal dengan banyak orang agar bisa saling memberi manfaat. Empat tahun kuliah disini jika kamu tidak mengenal siapa-siapa percuma! Who are you?"
Mengenal banyak orang dan bermanfaat untuk banyak orang. Sudahkan mengenal banyak orang? Sudahkah bermanfaat bagi banyak orang? itu adalah pertanyaan yang menyudutkan bagiku.
"Puncak tidak bisa ditentukan oleh kita, karena takdir seseorang tetap Tuhan yang tentukan. Yang terpenting adalah kesungguhan dalam menjalani prosesnya."
Ya, proses. Terkadang aku masih mengabaikan proses dan lebih mementingkan hasil akhir. Nikmati prosesnya. Proses yang baik akan mengantarkanmu pada hasil yang baik pula.
 "Dalam hidup kita banyak mendapatkan kebaikan, tapi terkadang kita tidak begitu menyadarinya."
Kembali diingatkan untuk memperbanyak syukur. Benar adanya hidup ini seumpama lautan nikmat yang diberikan Tuhan. Dalam setiap hembusan nafas adalah nikmat yang tiada terkira. Dalam hidup banyak kebaikan yang kita dapatkan, tapi terkadang kita terlalu sibuk menutup mata untuk menyadarinya. Menutupi setiap nikmat dan kebaikan dengan segudang keluhan. Mungkin memang kita punya banyak alasan untuk mengeluh, tapi bukankah kita juga punya lebih banyak alasan untuk bisa bersyukur? Selalu iringi langkahmu dengan syukur.
"Pelajaran yang bisa kita petik dari bunga, bunga yang berumur hanya dua minggu saja dan tidak dapat kemana-mana, tapi dia mengajarkan kita tentang bagaimana caranya bersyukur. Bunga putih memancarkan putih yang seputih-putihnya dan menyebarkan wangi yang sewangi-wanginya karena itu adalah takdir yang sudah diberikan Tuhan untuknya. Sebab, setiap makhluk diciptakan tidak dengan kesia-siaan."
Bersyukur dengan setiap takdir yang Tuhan berikan. Berusaha menebar manfaat dengan segala yang bisa kita lakukan. Selalu ada manfaat dan hikmah dibalik setiap kejadian, sebab Tuhan tidak menjadikan itu dengan kesia-siaan.

"Dengan apa kuisi detikku ini?"
Tamparan terakhir yang sekaligus menjadi akhir dari seminar kali ini membawaku berpikir, sampai pada detik hidupku saat ini apa yang sudah aku lakukan untuk mengisi setiap detik yang kulewatkan? Bermanfaatkah? atau hanya dihabiskan dengan kesia-siaan? Sungguh, ini membuatku berpikir ulang. Membuatku merasa bukan apa-apa dan belum melakukan apa-apa. 

Semoga aku, kamu dan kita semua diperkenankan untuk menjadi manusia yang senantiasa bersyukur. Mampu menebar manfaat bagi sesama, dan semoga kita menjadi manusia yang bisa menghargai dan mensyukuri segala nikmat dan kebaikan hidup.


Sumber foto : http://www.abahiwan.com


Evinervin

Mari berdiskusi, bertukar pemikiran untuk saling menggenapkan.

1 komentar: