Sebaris kalimat yang tidak penting tadi akan menjadi pembuka coretan-coretan
Malem ini gue menyengajakan diri untuk menulis sesuatu karena jujur saja, banyak sekali hal yang akhir-akhir ini merasuki pikiran gue dan seperti hampir mengisi seluruh rongga di kepala gue. Tapi btw dalem kepala apa iya ada rongganya? udah, gue bego soal itu.
Kuliah VS Organisasi akan menjadi tema coretan
Dulu, sesaat sebelum gue beneran jadi mahasiswa, gue pernah berniat untuk menjadi seorang mahasiswa yang aktif berorganisasi tapi juga berprestasi, dan kemudian apa yang terjadi? Sumpah, ternyata untuk menjadi seperti itu susehnya minta ampun. Tapi itu menurut gue yang serba biasa-biasa aja.
Susahnya membagi waktu jadi cerita klasik yang selalu datang menghantui. Tapi sebenarnya itu hanya jadi sebagian kecil masalah yang gue hadapi, yang lebih parah dan sulit ditangani justru adalah malesnya. Bayangkan, saat lo cape baru beres kuliah dan mendambakan bisa beristirahat dengan tenang di kasur yang nyaman, tiba-tiba handphone kesayangan lo berbunyi dan tettt tottt datanglah sebuah pesan yang isinya mengatakan bahwa lo diundang, atau lebih tepatnya lo disuruh untuk datang menghadiri rapat.
woww luar biasa, disaat seperti itulah rasa malas dan tanggug jawab saling berbenturan. Milih mana? Jujur, gue keseringan ngikutin si malas. #jangan ditiru.
Dalam hal ini gue sadar sesadar sadarnya, kalau ternyata gue bukanlah seorang aktivis sejati. Gue masih bisa dikalahkan oleh si malas dan dalam keadaan seperti ini, sejujurnya gue merasa bersalah.Tapi, sudahlah~ apa yang gue rasakan sulit diungkapkan dengan kata-kata. #ngelantur
Masalahnya tidak berhenti sampai disana, terkadang adakalanya jam kuliah bentrok dengan kegiatan organisasi. Hasilnya, gue terpaksa harus memilih salah satu diantaranya. Dan gue lebih memilih kuliah. Jujur, semembosankan dan semalas apapun gue buat kuliah, gue bukan jenis orang yang akan meninggalkan kelas begitu saja. Paling tidak, walaupun otak gue sedang menjelajah tak tentu arah, tapi jasad gue harus terlihat duduk
Hal ini diperparah dengan kebutuhan gue yang selalu menuntut waktu banyak. Waktu untuk apa? waktu untuk belajar #sok rajin amat. Tapi itu bener, gue bukan jenis manusia super yang bisa belajar kapan aja dan dimana aja. Gue adalah manusia biasa yang membutuhkan waktu-waktu tertentu untuk mengisi kepala dengan pengetahuan walau tak banyak, dan itu biasanya gue lakukan di malam hari yang sunyi walau tiada mentari tapi cukup terang dengan adanya cahaya Edison. Apa itu cahaya Edison? cahaya Edison adalah nama lain dari bola lampu. #mulai mual baca tulisannya kan? gue juga.
Bayangkan, ketika malam menjelang dan gue sudah siap dengan setumpuk buku yang katanya mau dibaca walau itu tidak sepenuhnya terlaksana, tiba-tiba gue harus menghadiri rapat yang sebenarnya menurut gue itu cukup penting. Lalu apa yang terjadi selanjutnya? gue galau, malem-malem, ada rapat, gue juga ada tugas, buku buat besok juga belum dibaca - gue kolaps.
Hal yang paling gue sesali disini adalah gue berakhir dengan menjadi seseorang yang egois. Gue gak rela buat ninggalin tugas dan buku-buku itu. Jujur, aslinya gue gak enak ngelakuin ini. Orang lain juga punya tugas, orang lain juga butuh waktu buat belajar, orang lain juga cape, tapi kenapa mereka bisa dan gue enggak? #jawabannya masih gue cari
Melihat situasi seperti ini gue bingung - mundur kena, maju nabrak. Sempat terpikir untuk berhenti, tapi aslinya gue gak rela. Otak dan hati gue masih mengatakan kalo organisasi ini penting. Disini gue dapet hal yang baru, disini gue juga kenal orang-orang baru. Tapi sejalan dengan pemikiran itu, gue masih merasakan ada sesuatu yang mengganjal tapi sulit dijelaskan.
Gue seolah kehilangan ketertarikan, kalo kata anak-anak sekarang gak dapet feelnya. Kenapa? Kenapa jadi begini? Dulu gue semanget banget, tapi sekarang kemana semangat itu? Ilang dimana? Dimana, dimana, dimana~ #upsss
Terkadang gue merasa iri kepada mereka yang memilih untuk menjadi kupu-kupu (kuliah pulang- kuliah pulang). Kayanya enak banget ya, beres kuliah langsung balik. Punya waktu yang luar biasa banyaknya untuk melakukan hal apapun yang mereka inginkan. Tapi disisi lain gue juga mikir, kalo gitu ceritanya, terus gue kuliah dapet apa? Dapet ceramah dari dosen dan ijazah doang? Terus gue gak akan punya kenangan apapun tentang kuliah selain kenangan tentang dosen dan ruangan kelas? Ahhh~ ternyata jadi kupu-kupu juga bukan pilihan yang tepat.
Ohhh mannnn... apa yang harus gue lakukan? #langsung cabut ke google buat cari jawabannya.
Catatan : Semua yang gue tulis sekedar untuk menumpahkan isi kepala tanpa maksud apa-apa.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus